KELAINAN
REFRAKSI
kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan pada
mata yaitu dimana sinar sejajar yang jatuh ke bolamata kemudian dibiaskan oleh
media refrakta dalam sumbu orbital tidak tepat pada retina. Kelainan refraksi
pada mata ( ametropia ) merupakan penyebab dari penurunan tajam
penglihatan, ametropia ditetapkan dengan 3 ( tiga ) macam kelainan,
yaitu :
- Myopia
- Hypermetropia ( Hyperopia )
- Astigmat
Pada penderita kelainan refraksi mata biasanya
ditandai dengan keluhan mata sering berair lebih dari normal, kadang-kadang
pusing dibagian frontal yaitu disekitar bola mata, kadang disertai mata pedih
dan rasa cepat lelah ketika untuk melihat obyek.
Mata Minus / Rabun Jauh / Myopia
Myopia yang juga dikenal dengan sebutan Rabun Jauh atau Mata Minus
adalah sebuah gangguan mata yang ditandai tidak bisa melihat benda dari jarak
jauh dengan baik, sedangkan untuk benda yang dekat bisa dilihat dengan jelas.
Istilah myopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang mana terbentuk dari dua kata, meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri - ciri penderita miopia yang suka memicingkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya nampak kurang jelas, karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik fokus yang
tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke
belakang mendekati retina.
Miopia sering disertai dengan gangguan mata silindris
(astigmatis). Kelainan ini timbul dari dalam atau dibawa sejak seseorang masih
kecil. Miopia umum ditemukan di seluruh dunia. Di negara maju, persentase
penduduk yang menderita miopia biasanya lebih tinggi. Di Amerika Serikat,
sekitar 25% dari penduduk dewasa menderita miopia. Sementara itu, di Jepang,
Singapura, dan Taiwan, persentasenya jauh lebih besar, yakni mencapai sekitar
44%. Di Indonesia, walaupun tidak ada data statistiknya, dapat diduga hampir di
setiap rumah terdapat penghuni yang menderita miopia.
Klasifikasi miopia yang umum diketahui adalah
berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengoreksinya.
- Miopia ringan, lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri.
- Miopia sedang, lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
- Miopia tinggi, lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita miopia kategori ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaucoma sudut terbuka.
Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya
miopia, antara lain :
- Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal pula. Sebagian besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari orang tua.
- Faktor Etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih besar (70% - 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% - 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% - 20%).
- Perilaku yang kurang sehat, misalnya:
- Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus.
- Membaca sambil tiduran.
- Membaca di tempat dengan penerangan kurang.
- Membaca terlalu lama tanpa beristirahat.
- Kurang mengkonsumsi makanan bervitamin A.
- Terlalu lama bekerja di komputer.
- Nonton televisi terlalu dekat
- Main game dengan TV besar dan jarak dekat
Para profesional perawatan mata, umumnya menyarankan
penggunaan lensa korektif seperti kacamata atau lensa kontak. Perlu Anda
ketahui bahwa kacamata dan lensa kontak bukanlah cara untuk mengobati rabun
jauh. Malah, beberapa pengguna kacamata harus berulang kali ganti kacamata
dengan lensa yang lebih tebal karena masalah rabun jauhnya semakin parah.
Pengganti kacamata adalah lensa kontak yang langsung
dilekatkan di mata. Belakangan ini, lensa kontak tidak hanya dipakai untuk
mengoreksi penglihatan, namun juga untuk menunjang penampilan. Bahkan ada,
sejumlah orang yang memakai lensa kontak sekedar untuk gaya, padahal
penglihatannya normal saja.
Penggunaan lensa kontak yang tidak tepat bisa mengakibatkan masalah mata yang serius. Mulai dari mata kering, merah, iritasi, pedih, penglihatan menjadi kabur, gatal sampai kebutaan. Menurut Dr. H. Dwight Cavanagh, seorang profesor ahli mata dari Southwestern Medical Center, Amerika Serikat dalam tulisannya "Eye and Contact Lens" pada 2003, mengungkapkan sebanyak 2.500 pengguna lensa kontak mengalami corneal ulcers alias borok pada kornea. Hal itu terjadi pada pengguna yang menggunakan lensa kontak
Penggunaan lensa kontak yang tidak tepat bisa mengakibatkan masalah mata yang serius. Mulai dari mata kering, merah, iritasi, pedih, penglihatan menjadi kabur, gatal sampai kebutaan. Menurut Dr. H. Dwight Cavanagh, seorang profesor ahli mata dari Southwestern Medical Center, Amerika Serikat dalam tulisannya "Eye and Contact Lens" pada 2003, mengungkapkan sebanyak 2.500 pengguna lensa kontak mengalami corneal ulcers alias borok pada kornea. Hal itu terjadi pada pengguna yang menggunakan lensa kontak
setiap hari.
Corneal ulcer merupakan
kondisi dimana terdapat luka terbuka pada kornea. Hal ini sering disebabkan
oleh infeksi dan luka kecil atau goresan yang bisa terjadi akibat penggunaan
lensa kontak yang kurang hati-hati. Gejala yang timbul biasanya produksi air
mata yang meningkat, sensitif terhadap cahaya, pandangan menjadi kabur, gatal
dan nyeri. Jika gejala tersebut dibiarkan dan tidak dilakukan perawatan
intensif bisa
memicu terjadinya kebutaan.
Mata Plus / Rabun Dekat / Hipermetropia
Mata Plus / Rabun Dekat / Hipermetropia
Rabun Dekat atau
Hipermetropia adalah jenis kelainan mata yang menyebabkan penderitanya dapat
melihat obyek dari jarak jauh dengan sempurna, tapi pandangan menjadi kabur
bila melihat obyek berjarak dekat. Rabun dekat disebut juga dengan mata plus
atau hiperopia.
Secara teknis,
hipermetropia adalah kondisi di mana sinar-sinar sejajar yang masuk ke
bolamata, dengan tanpa pengaruh akomodasi, titik fokusnya jatuh di belakang
retina. Hipermetropia merupakan gangguan penglihatan yang lebih disebabkan
menurunnya kemampuan otot dan saraf mata sehingga pengobatan dengan Obat Terapi
Mata Alami dapat menyembuhkannya secara total. Mekanismenya adalah meremajakan
kembali saraf, otot dan organ-organ di mata agar berfungsi normal. Usaha
peremajaan ini dilakukan dengan pemberian nutrisi dari luar (obat tetes mata)
dan nutrisi dari dalam tubuh (kapsul herbal).
Hipermetropia,
sering dikaitkan dengan presbyopia yang umumnya dialami oleh seseorang yang
telah berusia sekitar 40 tahun, karena di antara keduanya mempunyai kemiripan
gejala yaitu rabun jauh. Jadi secara teknis rabun jauh punya dua nama, disebut
hipermetropia jika terjadi pada anak dan orang dewasa usia dibawah 40 tahun dan
disebut presbiopia jika terjadi pada orang tua usia 40 tahun ke atas.
Secara
alami, kebanyakan bayi lahir dalam keadaan hipermetropia dan sembuh dengan
sendirinya pada usia sekitar 12 tahun. Pada usia muda kemampuan akomodasi mata
masih sangat baik, sehingga anak atau remaja yang mengidap hipermetropia tidak
merasa terganggu. Pada orang dewasa, kemampuan akomodasi mata akan banyak
menurun dan sangat terasa pada usia sekitar 40 tahun, di mana pada saat itu ia
akan kesulitan melihat benda kecil dalam jarak dekat (± 30cm).
Penderita
hipermetropia biasanya akan mempunyai keluhan - keluhan seperti :
·
Sakit kepala yang makin terasa jika
melihat ke arah dekat dalam jangka waktu beberapa menit saja.
·
Penglihatan tidak nyaman, terutama
ketika pandangan terfokus ke jarak tertentu dalam waktu lama, misalnya menonton
televisi.
·
Kabur ketika melihat dekat, meskipun
usianya masih cukup muda.
·
Penglihatan jauh menjadi kabur
sehabis melihat dekat dalam waktu lama.
·
Kabur ketika melihat jauh dan dekat,
terutama jika derajat hipermetropianya sudah agak tinggi (3,00 s/d 6,00 D).
·
Mata cepat lelah ketika membaca
dalam jarak dekat.
Penyebab
rabun dekat adalah karena bentuk bola mata terlalu pendek dibanding keadaan
normal, atau dapat juga sistem optis bola mata yang kekurangan daya bias. Pada
orang tua, rabun dekat merupakan bagian dari proses penuaan yang secara alamiah
dialami oleh hampir semua orang. Penderita akan menemukan perubahan kemampuan
penglihatan dekatnya pertamakali pada pertengahan usia empat puluhan. Pada usia
ini, keadaan lensa kristalin berada dalam kondisi dimana elastisitasnya telah
banyak berkurang sehingga menjadi lebih kaku dan menimbulkan hambatan terhadap
proses akomodasi, karena proses ini utamanya adalah dengan mengubah bentuk
lensa kristalin menjadi lebih cembung.
Mata
Berbayang / Mata Silinder / Astigmatisme
Astigmatisme atau
mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena
lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai
siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin.
Astigmatis
menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan melihat sesuatu secara jelas atau
menjadi kabur, terutama untuk obyek-obyek yang berukuran kecil. Biasanya
penderita astigmatisme juga menderita miopia (rabun jauh).
Bola mata dalam
keadaan normal berbentuk bulat seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang
masuk dapat ditangkap pada satu titik di retina. Pada mata yang mengalami
astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau
bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal
ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada
satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan
bergelombang.
Astigmatisme
umumnya diturunkan dan sering muncul sejak anak. Selain itu, astigmatisme juga
bisa disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kornea, kebiasaan membaca
yang buruk dan kebiasaan menggunakan mata untuk melihat objek yang terlalu
dekat.
Penderita
astigmatisme yang belum diobati akan sering mengeluh sakit kepala, kelelahan
pada mata dan kabur saat melihat benda berjarak dekat maupun jauh. Jika
mengalami gejala tersebut dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya anda segera
ke dokter mata untuk melihat kemungkinan terjadinya astigmatisme.
Cara yang umum
digunakan untuk mengatasi mata silinder adalah menggunakan lensa korektif
seperti kacamata atau lensa kontak. Namun perlu Anda ketahui bahwa kacamata dan
lensa kontak bukanlah cara untuk mengobati astigmatisme. Malah, beberapa
pengguna kacamata harus berulang kali ganti kacamata dengan lensa yang lebih
tebal karena masalah matanya semakin parah. Pilihan lain untuk mengobati
astigmatisme adalah dengan operasi, namun tindakan ini sangat tergantung dari
kondisi pasien. Soalnya memang tidak semua pasien yang menderita astigmatis
cocok dilakukan operasi.