BAB
I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang
menyatakan dirinya, bersih dari keraguan, dijamin
keseluruhan isinya terjaga, dan
tiada mungkin dibuat tandingannya.
Tetapi tidaklah mengherankan, karena sejak
al-Qur’an diturunkan, sudah disinyalir bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan rela sampai umat Islam mengikuti keinginan dan keagamaan mereka. Selain
itu, mereka ingin agar umat Islam melakukan apa yang mereka lakukan seperti
menggugat, dan mempersoalkan yang sudah jelas dan mapan sehingga timbul
keraguan terhadap yang benar dan sahih
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Gambaran umum surat al Baqarah
Surat ini diturunkan di Madinah dan seluruhnya terdiri dari
286 ayat. Nama al-Baqarah (sapi betina) sendiri diambil dari
cerita yang terdapat dalam surat tersebut tentang sapi betina pada masa Nabi
Musa. Surah Al-Baqarah merupakan surah yang terpanjang di antara berbagai surat
dalam Alquran. Di samping itu, Surah al-Baqarah juga mengandung macam-macam
hukum yang tidak terdapat di dalam surat yang lain. Karena itulah, Khalid bin
Ma’adan menamakannya dengan Fusthath al-Quran (Tenda Besar Al-Qur’an).Di
dalam riwayat lain, Al-Baqarah juga disebut dengan nama Sanam al-Qur’an
(Punuknya Al-Qur’an).
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa empat ayat pertama
dari surat al-Baqarah (S. 2: 2,3,4,5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan
Kaum Mukminin, dan dua ayat berikutnya (S. 2: 6,7) tentang kaum kafirin yang
menegaskan, bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup -
diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman -; dan
tiga belas ayat selanjutnya lagi (S.2: 8 s/d 20) menegaskan ciri-ciri, sifat
dan kelakuan kaum munafiqin.
(Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.)
Surat
kedua di dalam al-Quran sebuah surat yang terpanjang, yaitu surat al-Baqarah.
Surat ini dinamakan demikian karena dalam Surat ini terdapat cerita tentang
baqarah yang berarti sapi betina.Surat ini dimulai dengan huruf-huruf yang
memiliki susunan khusus, sehingga menarik perhatian setiap orang.
Di awal
surat Baqarah, Al-Quran membagi manusia pada tiga golongan. Di
mana pembagian ini disesuaikan dengan reaksi yang mereka tunjukan terhadap
Islam, tiga golongan tersebut adalah:
1. Golongan Muttaqin: mereka adalah orang-orang yang telah
menerima segala dimensi ajaran Islam.
2. Golongan kafir: mereka berada di arah
berlawanan golongan pertama, mereka juga mengakui keingkaran mereka, serta
mereka tidak segan-segan menampakkan permusuhannya dengan Islam baik melalui
ucapan maupun tindakan.
3. Golongan munafik: mereka memiliki dua wajah
dan karakter, di depan kaum muslim mereka berlagak sebagai pribadi muslim,
sedang di depan musuh-musuh agama ia berbaur dengan kekafiran mereka.
Golongan
ketiga lebih berbahaya bagi Islam dibanding golongan kedua. Atas dasar ini
Al-Quran sangat ekstrim dan super keras dalam rangka menghadapi mereka.
Klasifikasi
semacam ini tidak hanya khusus bagi agama Islam, akan tetapi semua agama dan
aliran manapun di dunia, senantiasa dihadapakan pada tiga kelompok tersebut,
ada yang menyakini, ada yang mengingkari, dan adapula yang bermuka dua mengaku
beriman namun di dalam hati kecilnya ia mengolok-olok agama atau aliran
tersebut. Sebagaimana hal ini juga tidak hanya berkaitan dengan sebuah waktu
tertentu, akan tetapi hal ini senantiasa terjadi di setiap masa.
Surat Al Baqarah ini, juga berbicara tentang orang-
orang munafiq Madinah yang nota benenya adalah orang-orang yang mempunyai
jabatan di masyarakat sebelum datangnya Islam, seperti Abdullah bin Ubai bin
Salul dan pengikutnya. Bahkan Abdullah bin Salul ini, sebelum datangnya Islam,
hendak dinobatkan menjadi raja Arab di Madinah oleh sebagian orang. Orang-
orang munafiq ini, sebenarnya tidak menerima Islam sebagai agama dan jalan
hidup, namun karena masyarakat Madinah mulai banyak yang memeluk Islam dengan
kesadaran mereka sendiri, sehingga mau tidak mau, agar bisa diterima di
masyarakat, mereka terpaksa masuk Islam secara lisannya saja. Adapun hati
mereka masih kafir dan sangat membenci orang- orang Islam. Surat Al Baqarah ini
menyingkap sifat-sifat , makar, kebohongan dan kebencian mereka terhadap Islam
.
B.
Bunyi Ayat dan tafsirnya.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا
رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Artinya :
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”
ذَلِكَ Isim isyarah, isim untuk
menunjukkan sesuatu yang jauh jaraknya, pada ayat ini dimaksudkan sebagai isim
yang menunjukkan sesuatu yang dekat, sering kali orang arab memakai kedua isim,
salah satunya menempati yang lainnya.
Kitab
pengertiannya yang ditulis, baik berupa gambaran atau ukiran yang
menunjuk adanya suatu makna ataupun pengertian-pengertian tertentu. Yang
dimaksudkan dengan al Kitab di sini adalah al Qur’an, yang dijanjikan
oleh Allah bahwa kitab itu diturunkan untuk
mengukuhkan risalah dan sebagai pedoman bagi Nabi saw. Dalam memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada umatnya yang menghendaki kebenaran, kebahagiaan
dunia dan kesejahteraan akhirat.
لا رَيْبَ (Kitab
ini) yakni yang dibaca oleh Muhammad saw. (tidak ada keraguan) atau kebimbangan
(padanya) bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat
dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai
penghormatan. (menjadi petunjuk) sebagai predikat kedua, artinya menjadi
penuntun (bagi orang-orang yang bertakwa) maksudnya orang-orang yang
mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah
dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka.
Tidak ada sesuatu pun (isinya) yang dapat menimbulkan
keraguan bagi orang yang memperhatikannya. Semua isinya adalah benar-benar
wahyu Tuhan, yang mencapai puncak retorika (balaghah) dan mustahil bias
ditandingi oleh siapa pun. Allah
menegaskan, kebenaran bahwa al Qur’an datang dari-Nya dan kebenaran
petunjuk-petunjuk-Nya tidak dapat diragukan. Demikian pula ketinggian susunan
bahasa dan sastranya, tidak seorangpun yang sanggup membuat susunan dan gaya
bahasa yang mendekati kefasihan dan kebalaghahan al Qur’an.
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ al
Qur’an adalah petunjuk dan penuntun menuju jalan yang benar. Petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa. Maksudnya, yang menuntun ke jalan yang lurus
disertai pertolongan dan bimbingan (taufik) untuk melaksanakan hukum-hukum al
Qur’an. Adanya sebagian manusia yang tidak mengambil al Qur’an sebagai petunjuk
bukan berarti al Qur’an bukan petunjuk. Ibarat matahari, ia akan tetap
bersinar, walaupun orang buta tidak melihatnya, dan tidak memanfaatkan sinarnya
yang terang-benderang.
Bagi
orang-orang yang bertakwa, Alquran memang kitab suci yang tak diragukan
otentisitas dan kebenaran pesan yang dikandungnya. Ia menjadi petunjuk (huda)
bagi orang-orang yang bertakwa dalam menjalani hidup ini. Namun bagi
orang-orang yang tidak bertakwa, Alquran bisa jadi diragukan kebenaran dan
keasliannya. Hal inilah yang terjadi pada sebagian orang Islam yang tergoda
dengan para orientalis. Mereka teracuni pemikiran-pemikiran para
orientalis yang meragukan kebenaran Alquran. Keraguan-keraguan tersebut akhirnya
menggerogoti keimanan. Pada gilirannya, mereka pun tak lagi meyakini Alquran
sebagai kitab suci dari Allah yang pasti benar. Mereka bahkan menganggap
Alquran hanya sebagai naskah kitab suci biasanya yang bisa dikritik dan diragukan
kebenarannya.
الْمُتَّقِينَ dalam
ayat ini bermakna: mereka yang memiliki jiwa yang tinggi, lalu mendapat hidayah
dan persiapan untuk menerima sinar kebenaran dan berusaha mencari keridhaan
ilahi. Mereka selalu menjsuhksn diri dari siksa-Nya dengan jalan mena’ati perintah
dan menghindari larangan-Nya.
C. Munasabat (korelasi) dengan ayat sebelum
dan sesudahnya.
·
Munasabat
dengan ayat sebelumnya.
Pada ayat
sebelumnya, Allah membuka dengan huruf-huruf terpotong (huruf muqaththa’ah).
Para ulama berbeda pendapat di dalam menafsirkan huruf muqoththo’ah ini .
Pendapat
pertama, – sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Bakar As Siddiq, Umar bin
Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud, –
mengatakan bahwa huruf
muqoththo’ah ini adalah
rahasia Allah di dalam Al Qur’an, kita tidak mengetahui maksud dan artinya.
Akan tetapi kita tetap harus membacanya dan beriman bahwa huruf muqoththo’ah
tersebut diturunkan oleh Allah swt,
Tujuan
Allah menurunkan huruf
muqaththa’ah ini adalah
untuk menguji para hambanya, apakah mereka akan beriman atau ragu-ragu dan
mengingkarinya. Huruf muqaththa’ah ini
termasuk ayat-ayat mutasyabihat .
Pendapat
kedua, mengatakan bahwa kita harus menggali rahasia yang tekandung di dalamnya,
karena Al Qur’an ini diturunkan kepada manusia untuk dijadikan petunjuk. Hal
ini tidak akan bisa terwujud tanpa memahami apa yang ada di dalamnya.
Kelompok
kedua ini berbeda pendapat di dalam menafsirkan huruf muqaththa’ah tersebut. Sebagian mereka mengatakan
bahwa huruf-huruf tersebut merupakan nama- nama Allah yang Agung, sebagaimana
yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas.
Sebagian
dari mereka mengatakan bahwa huruf
muqaththa’ah ini terdiri
dari huruf –huruf hijaiyah yang telah
diketahui orang- orang Arab pada waktu itu. Tetapi kenapa mereka tidak mampu
mendatangkan seperti Al Qur’an ini ? Sebagian lagi mengatakan bahwa huruf–huruf
tersebut diturunkan agar orang- orang Arab memperhatikan apa yang akan
dibacakan di dalam Al Qur’an. Karena ketika diturunkan Al Qur’an , orang –orang
Arab berpaling dan tidak mau mendengarnya, dan ketika mereka mendengar huruf muqaththa’ah ini, mereka tertarik dengannya,
setelah mereka diam memperhatikannya, Allah meneruskannya dengan ayat-ayat yang
menyatakan bahwa Al Qur’an ini diturunkan dari Allah sebagai petunjuk manusia.
Pendapat ini diriwayatkan dari Al Farra’ .
Sebagian
lainnya berpendapat bahwa semua huruf pembuka surat seperti : Alif laam miim,
Alif laam raa, Alif laam shad dan sebagainya adalah huruf-huruf terpotong (huruf
muqaththa’ah) yang dimaksudkan untuk memperingatkan atau menarik perhatian
manusia agar mau mendengarkan atau membaca ayat-ayat selanjutnya.
·
Munasabat
dengan ayat setelahnya.
Munasabat ayat kedua surat al Baqarah dengan ayat
selanjutnya adalah bahwa ayat ketiga sampai kelima surat Baqarah menjelaskan
ciri-ciri golongan pertama, yaitu:
1.
Iman terhadap hal-hal gaib.
2.
Berdialog (menjalin kontak dan hubugan)
dengan Allah SWT. Al-Quran menggunakan kata shalat karena ia merupakan simbol
dialog seorang hamba dengan tuhannya, mereka tidak akan tunduk pada segala
bentuk arca; harta, wanita, tahta, dan lain-lain.
3.
Orang-orang yang bertaqwa, selain mengadakan
hubungan dan kontak dengan tuhan, iapun juga tidak melupakan hubungannya dengan
sesamanya.
4.
Iman terhadap para nabi.
5.
Iman terhadap Hari Kebangkitan, iman bahwa
manusia tidak dicipta sia-sia karena keadialn tuhan menuntut demikian. Lupa
akan hari perhitungan adalah pangkal segala kerusakan, kezaliman, dan dosa, dan
ujung-ujungnya akan menyeretnya pada siksa tuhan.
D. Tema pembahasan ayat 2 surat al Baqarah
Adapun
tema pembahasan dari ayat ini adalah al
Raib. Secara etimologi al Raib sama artinya (muradif) dengan al
Syakk artinya keraguan. Artinya bahwa al Qur’an tidak mengandung keraguan
di dalamnya, dan bahwa ia diturunkan dari sisi Allah swt. Di dalam al Qur’an terdapat
beberapa ayat yang mempergunakan kata al Raib. Satu ayat bertema
sama dengan yang terkandung dalam surat al Baqarah ayat 2, yaitu dalam surat al
Sajadah ayat 2. Firman Allah :
·
تَنْزِيلُ
الْكِتَابِ لا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (السجدة : 2)
Artinya :
“Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan
padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam”. (QS. Al Sadajah : 2)
Sebagian
mereka mengatakan: "Ini kalimat berita yang mengandung arti
larangan." Artinya, janganlah kalian meragukannya. Karena ia di turunkan dari sisi Allah. Al Qur’an juga menjadi
petunjuk bagi orang-orang mukmin yang bertakwa (هُدًى لِلْمُتَّقِينَ),
yaitu orang mukmin yang menghindar dari murka Allah, dengan melaksanakan semua
perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Allah swt. memberitahukan bahwa Al-Qur’an yang di turunkan kepada
hamba dan Rasul-Nya ini, merupakan kitab yang agung, tak mengandung keraguan
maupun kemungkinan antara ia sebagai wahyu Allah swt. atau tidak. Alasannya adalah karena kemukjizatannya
yang besar dan kandungan hidayh serta cahaya bagi orang-orang yang beriman dan
bertaqwa, yang dengan iman dan taqwa itu mereka mampu menerangi jalan menuju
keselamatan, kebahagiaan dan kesempurnaan.
Firman Allah swt. :
·
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعالَمِينَ * نَزَلَ بِهِ
الرُّوحُ الْأَمِينُ * عَلى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ * بِلِسانٍ
عَرَبِيٍّ مُبِينٍ .
Artinya :
“Dan sesungguhnya Al Qur'an
ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam * Dia dibawa turun oleh
Ar-Ruh Al Amin (Jibril) * Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan * Dengan bahasa Arab yang
jelas”.
Di awal surat ini Allah swt. Menyebutkan tentang
keberadaan al Qur’an ini, firman-Nya :
·
طسم * تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ .
Artinya
:
“Thaa Siin Miim * Inilah
ayat-ayat Al Qur'an yang menerangkan”.
E. Ayat – ayat tentang Al
Qur’an.
- Al Baqarah ayat 89
dan 101.
·
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا
مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى
الْكَافِرِينَ
Artinya:
“Dan setelah datang kepada mereka Al
Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya
mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas
orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang
yang ingkar itu”.
·
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا
مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ
وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لا يَعْلَمُونَ
Artinya
:
“Dan setelah datang kepada mereka
seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada
mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan
Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui
(bahwa itu adalah Kitab Allah)”.
- Al Fusshilat ayat
3.
·
كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ
Artinya
:
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa
Arab, untuk kaum yang mengetahui”.
- Al
An’am ayat 155.
·
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya
:
“Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,
maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat”.
- An
Naml ayat 1, 2 dan 75.
·
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
Artinya :
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”.
·
طس تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ* هُدًى
وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya :
“Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Qur'an, dan (ayat-ayat)
Kitab yang menjelaskan * untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk
orang-orang yang beriman”.
·
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ
الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ*وَإِنَّهُ
لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya :
“Sesungguhnya Al Qur'an ini menjelaskan
kepada Bani Israel sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka
berselisih tentangnya. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
- Al A’raf ayat 2.
·
كِتَابٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ
لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya :
“Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan
kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu
memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang beriman”.
- Hud
ayat 1.
·
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ
حَكِيمٍ خَبِيرٍ
Artinya :
“Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab
yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang
diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”.
- Ibrahim
ayat 1.
·
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ
الْحَمِيدِ
Artinya :
“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang
Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita
kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan
Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.
- Al Kahfi ayat 27.
·
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لا مُبَدِّلَ
لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
Artinya :
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan
kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur'an). Tidak ada (seorang pun) yang dapat
mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat
berlindung selain daripada-Nya”.
- Fathir ayat 29.
·
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ
وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ
تَبُورَ
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”.
F.
Korelasi
antara tema sentral dan sub tema.
Dari penjelasan di atas terdapat
korelasi antara tema sentral dengan sub-sub tema didalam ayat tersebut.
Kedudukan al Qur’an dalam ayat ini sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa, disertai bimbingan dan pertolongan dari Allah swt. Bagi orang-orang
yang tidak bertaqwa, al Qur’an hanya menunjukkan ke jalan-jalan kebajikan.
Sebagaimana penggalan, hudal lin naas, petunjuk bagi segenap manusia.
Yang dimaksud dengan Hudan petunjuk
adalah keimanan yang tertanam di dalam hati. Dan tiada yang dapat meletakkannya
di dalam hati manusia kecuali Allah Dalam hal ini Allah swt. berfirman:
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang
engkau cintai." (QS. Al Qashash:56).
Dia juga berfirman: "Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapatkan petunjuk. Dan
barang siapa yang disesatkanNya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang
pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. Al Kahfi:17).
Selain itu, Hudan dimaksudkan
juga sebagai penjelasan mengenai yang benar menunjukkannya, serta bimbingan menuju
kepadanya. Allah swt. telah berfirman: "Dan sesungguhnya kamu
benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (QS.
AsySyuura:52).
Juga firmanNya berikut ini: "Sesungguhnya kamu
hanyalah seorang pemberi peringatan. Dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang
memberi petunjuk." (QS. ArRa'ad:7).
Dan firman Allah swt. "Dan adapun kaum Tsamud
maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta
(kesesatan) dari petunjuk itu." (QS. Fushshilat: 41).
Semua isi al Qur’an merupakan wahyu dari
Allah swt. Sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi orang yang
memperhatikannya. Allah menegaskan, kebenaran bahwa al Qur’an datang dari-Nya
dan kebenaran petunjuk-petunjuk-Nya tidak dapat diragukan. Namun, jika
kenyataannya ada orang yang masih ragu terhadap al Qur’an, hal itu disebabkan
dia tidak memahami hakikat kitab suci tersebut, atau karena matahatinya buta,
keras kepala, dan tidak mau tunduk pada kebenaran. Mereka lebih tertarik
mengikuti hawa nafsu, atau terbelenggu oleh sikap taklid (mengikuti tanpa sikap
kritis) kepada orang-orang tua dan masyarakat sekelilingnya.
Dalam at-Tafsir al-Muyassar, ayat di atas
ditafsirkan bahwa inilah Alquran yang merupakan kitab yang agung. Tak ada
keraguan bahwa ia berasal dari Allah. Tak satu pun dari orang bertakwa yang
boleh meragukan penjelasannya. Orang-orang yang bertakwa bisa mengambil manfaat
darinya, baik berupa ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Mereka itulah
orang-orang yang merasa takut kepada Allah dan rela mengikuti hukum-hukum-Nya.
BAB
III
PENUTUP
Demikian
gambaran singkat tentang isi dari ayat 2 surat al Baqarah ini. Salah satu ayat
dari surat yang diturunkan di Madinah ini membahas tentang kemu’jizatan al Qur’an
al Karim, ketinggian susunan bahasa dan sasteranya serta kebenarannya dari sisi
Allah swt.
Tidak ada padanya
keragu-raguan dari segi manapun, baik lafadznya maupun maknanya, baik pada
waktu diturunkan maupun setelah meninggalnya Rasulullah, maka tidak terkandung
padanya keraguan dan kebimbangan. Dan ditiadakannya keragu-raguan dari Al-Quran
Al-Karim ini memberikan konsekuensi lawannya. Lawan keraguan dan kebimbangan
adalah al-yaqin (keyakinan, kepastian). Maka Al-Quran ini mengandung ilmu yaqin
yang menghilangkan berbagai macam keragu-raguan dan kebimbangan.
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang
kekal, yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad saw, sebagai bukti
besar atas kenabian. Di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang sedemikian
luasnya, yang apabila ditelaah dan dipelajari, akan memberikan penerangan serta
membimbing manusia menuju jalan yang lurus.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Qur’an dan
terjemahnya.
Al Jalalain, Jalaluddin
Muhammad ibn Ahmad al Mahally, Jalaluddin Abd. Rahman
Abi Bakr al
Suyuty, Tafsir al Qur’an al Adzim, Juz 1, Putra Semarang, tt
Al Wahidi, Abi al Hasan
Ali bin Ahmad, Asbảb Nuzul al Qur’ản, Riyad; Dar el
Mayman, 2005
Ash-Shabuny, Muhammad
Ali, Shafwat al Tafasir, Juz 1, Beirut; Dar el Fikr, 2001
Ash-Shiddieqy,
hasbi, Tafsir al Qur’an al Majid anNur,Juz 1, Pustaka Rizki Putra,2000